A. Pengertian
Kromatografi
Kromatografi adalah pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kecepatan zat terlarut yang bergerak bersama-sama dengan pelarutnya pada permukaan benda penyerap. Setiap zat kimia mempunyai kecepatan yang berbeda pada pelarut tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kelarutan setiap jenis zat yang akan dipisahkan. Kromatografi dapat digunakan untuk memisahkan zat-zat penyusun yang terdapat dalam suatu campuran. Pada pemisahan menggunakan metode kromatografi, campuran larutan dilewatkan pada permukaan zat yang tidak reaktif/tidak mudah bereaksi secara kimia (zat inert), seperti silika, alumina, atau kertas khusus. Zat inert adalah fase diam karena zat tidak ikut bergerak bersama campuran. Selain fase diam, terdapat juga fase bergerak. Fase bergerak dapat berupa gas atau cairan. Disebut fase bergerak karena cairan atau gas tersebut akan bergerak bersama-sama campuran melewati permukaan zat inert (fase diam).
Kromatografi dapat
bersifat preparatif maupun analitik. Tujuan kromatografi preparatif biasanya
adalah untuk memisahkan senyawa dalam campuran (biasanya digunakan untuk
pemurnian). Kromatografi analitik digunakan untuk mengetahui perbandingan
senyawa dalam campuran.
Kromatografi
adalah teknologi untuk memisahkan sebuah campuran menjadi komponen-komponen
penyusunnya. Teknologi ini melibatkan dua bagian penting yaitu bagian yang
bergerak dan bagian yang diam. Bagian yang bergerak dimaksudkan kepada sampel
campuran yang akan dipisahkan menjadi komponen penyusunnya, sedangkan bagian
yang diam ditujukan kepada suatu bahan yang digunakan untuk memisahkan
campuran. Bagian yang bergerak dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan mobile
phase,
sedangkan bagian yang diam biasa disebut dengan stationery phase.
Munculnya
istilah “bagian yang bergerak” dan “bagian yang diam” adalah berdasarkan atas
proses kerja kromatografi. Dimana sampel sebuah campuran yang biasanya telah
larut di dalam zat pelarut, dilewatkan ke dalam sebuah material khusus yang
diam sehingga proses pemisahan campuran dapat terjadi. Sampel campuran akan
terpisah menjadi komponen-komponennya berdasarkan perbedaan relatif kemampuan
komponen-penyusun-campuran untuk terikat dengan zat lain. Sebagai satu contoh
agar kita lebih memahami prinsip dasar kromatografi, mari kita perhatikan
gambar di bawah ini.
Gambar di
atas adalah sebuah proses pemisahan petroleum eter, atau lebih kita kenal
sebagai bensin, menjadi beberapa komponen zat yang memiliki perbedaan warna.
Proses ini diperkenalkan oleh seorang ahli botani bernama Mikhail Tsvet pada
tahun 1901 sebagai pencetus teknologi kromatografi. Pada percobaan ini ia
menggunakan petroleum eter sebagai “bagian yang bergerak”, dan mengalirkannya
ke dalam sebuah kolom kaca bening berisi bubuk kalsium karbonat yang berfungsi
sebagai “bagian yang diam”.
Hasil
percobaan di atas adalah terpisahnya petroleum eter ke dalam beberapa warna
pigmen tumbuhan yakni hijau (klorofil), kuning (xanthophyll), dan oranye (karoten). Seperti
yang nampak pada ilustrasi di atas, ketiga zat penyusun tersebut terpisah dan
berada pada tingkat elevasi yang berbeda pada kolom kalsium karbonat. Hal ini
terjadi karena ketiga pigmen tersebut memiliki nilai afinitasyang berbeda antar ketiganya.
Afinitas
adalah derajat kemampuan sebuah atom atau molekul untuk terikat secara kimia
dengan atom atau molekul lainnya. Semakin besar nilai afinitas suatu zat, maka
semakin mudah ia untuk terikat dengan zat lain. Pada percobaan kromatografi di
atas nilai afinitas dari ketiga pigmen tersebut dari yang tertinggi hingga yang
terendah berturut-turut adalah klorofil, xanthophyll, dan karoten. Sehingga nampak
bahwa sesaat setelah petroleum eter dimasukkan ke dalam kolom kalsium karbonat,
yang bereaksi lebih dulu dan menghasilkan warna hijau adalah pigmen klorofil
(paling atas). Disusul dengan xanthophyll yang bereaksi dengan kalsium
karbonat membutuhkan waktu yang lebih lama, dan pigmen karoten yang membutuhkan
waktu paling lama untuk bereaksi dengan kalsium karbonat sehingga menimbulkan
warna oranye pada sisi bawah kolom.
Percobaan Kromatografi Pada
Laboratorium
(Sumber)
(Sumber)
Penggunaan
kromatografi dikelompokan menjadi dua tipe yakni untuk kebutuhan laboratorium
dan untuk kebutuhan produksi. Pada laboratorium, kromatografi digunakan pada
sebuah campuran atau larutan kimia untuk mengetahui zat-zat penyusun campuran
tersebut. Sedangkan untuk kebutuhan produksi, prinsip kromatografi digunakan
untuk produksi masal suatu zat. Salah satu contoh adalah proses demineralisasi
air yang menggunakan prinsip kromatografi pertukaran ion untuk mengikat
mineral-mineral di dalam air. Air hasil proses demineralisasi biasa digunakan
untuk bahan baku pembangkit listrik tenaga uap sebagai media kerja siklus
air-uap air.
Dalam kromatografi, dikenal beberapa istilah sebagai berikut:
- Analit adalah zat yang dipisahkan.
- Kromatogram adalah output visual yang diperoleh dari hasil pemisahan. Adanya puncak karakteristik yang berbeda menunjukkan adanya senyawa yang berbeda.
- Eluen adalah pelarut yang digunakan untuk memisahkan analit.
- Fase gerak adalah fase zat yang bergerak pada arah tertentu.
- Fase diam adalah fase yang tetap pada tempatnya.
- Waktu retensi adalah waktu yang diperlukan analit untuk melewati sistem.
- Volume retensi adalah volume fasa gerak yang dibutuhkan untuk mengelusi komponen analit.
C. Macam-Macam Kromatografi
1. Kromatografi
lapis tipis
Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa
murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap
maupun cuplikannya.
KLT dapat
dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai metode untuk
mencapai hasil kualitatif, kuantitatif atau preparatif. Kedua, dipakai untuk
menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam
kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi (Gritter et al, 1991).
KLT dapat
digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti
lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi
kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom,
analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa
secara kromatografi dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih
untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis.
Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi
dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang
diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa.
Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa
standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa
dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal.
Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.
a.
Pelaksanaan KLT
1. Fase Diam
Fase diam
yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap
berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil
ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase
diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya.
Penjerap
yang paling sering digunakan adalah silika dan serbuk selulosa, sementara
mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi dan partisi
(Gandjar & Rohman, 2007).
2. Fase Gerak
Fase gerak
pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba
karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah
campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat
mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.
Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :
1.
Fase gerak
harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang
sensitif.
2. Daya elusi
fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara
0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3.
Untuk
pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase
gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan
nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke
dalam pelarut non polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara
signifikan (Gandjar & Rohman, 2007).
b.
Deteksi Bercak
Ada dua cara untuk
menyelesaikan analisis sampel yang tidak berwarna, yaitu:
1. Menggunakan pendarflour
Fase diam pada
sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan
kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar
ultraviolet (UV). Itu berarti jika sinar UV disinarkan, maka sampel akan
berpendar.
Pendaran ini
ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun
bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti
bahwa jika disinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi
yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil
yang gelap.
Sementara UV tetap
disinarkan pada lempengan,, kita harus menandai posisi-posisi dari
bercak-bercak dengan menggunakan pensil dan melingkari daerah
bercak-bercak itu. Karena jika kita mematikan sinar UV tersebut,
bercak-bercaknya tidak tampak kembali.
2. Penunjukkan bercak secara
kimia
Dalam beberapa
kasus, dimungkinkan untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan cara
mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna.
Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam
amino. Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin.
Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna,
umumnya coklat atau ungu.
Dalam metode lain,
kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup
(seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal
iodium. Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada
kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan.
Substansi yang dianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kromatografi Lapis Tipis
Faktor-faktor
yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapisan tipis yang juga
mempengaruhi harga Rf adalah :
1. Struktur
kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
2. Sifat dari
penyerap dan derajat aktifitasnya.
Biasanya aktifitas dicapai dengan
pemanasan dalam oven, hal ini akan mengeringkan molekul-molekul air yang
menempati pusat-pusat serapan dari penyerap. Perbedaan penyerap akan memberikan
perbedaan yang besar terhadap harga Rf meskipun menggunakan
fase bergerak dan zat terlarut yang sama tetapi hasil akan dapat diulang dengan
hasil yang sama, jika menggunakan penyerap yang sama, ukuran
partikel tetap dan jika pengikat (kalau ada) dicampur hingga homogen.
3. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap.
Pada prakteknya
tebal lapisan tidak dapat dilihat pengaruhnya, tetapi perlu diusahakan tebal
lapisan yang rata. Ketidakrataan akan menyebabkan aliran pelarut menjadi tak
rata pula dalam daerah yang kecil dari plat.
4. Pelarut (dan
derajat kemurniannya) fase bergerak.
Kemurnian dari pelarut yang
digunakan sebagai fase bergerak dalam kromatografi lapisan tipis adalah sangat
penting dan bila campuran pelarut digunakan maka perbandingan yang dipakai
harus betul-betul diperhatikan.
5. Derajat
kejenuhan dan uap dalam bejana pengembangan yang digunakan.
6. Teknik
percobaan.
Arah pelarut bergerak di atas plat.
(Metoda aliran penaikan yang hanya diperhatikan, karena cara ini yang paling
umum meskipun teknik aliran penurunan dan mendatar juga digunakan).
7. Jumlah cuplikan yang digunakan.
Penetesan cuplikan dalam jumlah yang
berlebihan memberikan hasil penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya
ekor dan efek tak kesetimbangan lainnya, hingga akan mengakibatkan
kesalahan-kesalahan pada harga-harga Rf.
8. Suhu.
Pemisahan-pemisahan sebaiknya dikerjakan
pada suhu tetap, hal ini terutama untuk mencegah perubahan-perubahan dalam
komposisi pelarut yang disebabkan oleh penguapan atau perubahan-perubahan fase.
9. Kesetimbangan.
Ternyata bahwa kesetimbangan dalam
lapisan tipis lebih penting dalam kromatografi kertas, hingga perlu
mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut. Suatu gejala bila
atmosfer dalam bejana tidak jenuh dengan uap pelarut, bila digunakan pelarut
campuran, akan terjadi pengembangan dengan permukaan pelarut yang berbentuk
cekung dan fase bergerak lebih cepat pada bagian tepi-tepi dan keadaan ini harus dicegah.
2. Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas merupakan kromatografi cairan - cairan dimana sebagai fasa
diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis
fasa cair lainnya dapat digunakan. Teknik ini sangat sederhana. Prinsip dasar kromatografi kertas adalah
partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak
bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan
fasa mobil yang melewatinya berupa pelarut organik yang sudah dijenuhkan dengan
air atau campuran pelarut.
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan
sukses besar. Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam
amino larut dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi),
pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di
akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan
berita sangat baik bagi mereka.
Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah orang
pertama yang menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas.
Saat campuran asam amino menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada
fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang
teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketika pelarut mencapai
ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal
sepanjang jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino
diidentifikasi. Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang
luas bukan lembaran kecil, dan sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua
pelarut.
A. Jenis
Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas ada dua jenis yaitu :
1) Kromatografi kertas satu arah
Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat
seragam. Fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Sampel
tinta diteteskan pada garis dasar pinsil pada selembar kromatografi kertas.
Beberapa pewarna larut dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan
itu juga di teteskan pada garis yang sama.
Kertas digantungkan pada wadah yang berisi lapisan tipis pelarut atau
campuran pelarut yang sesuai didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut
berada dibawah garis pada bercak diatasnya. Kadang-kadang kertas hanya
digulungkan secara bebas pada silinder dan diikatkan dengan klip kertas pada
bagian atas dan bawah. Silinder kemudian ditempatkan dengan posisi berdiri pada
bawah wadah. Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer
dalam gelas kimia terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas
kimia dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan
pelarut pada kertas.
2) Kromatografi kertas dua arah
Kromatografi kertas dua arah
dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah pemisahan substansi yang memiliki
nilai Rf yang sangat serupa. Waktu ini kromatogram dibuat dari bercak tunggal
dari campuran yang ditempatkan ke depan dari garis dasar. Kromatogram
ditempatkan dalam sebuah pelarut sebelum dan sesudah sampai pelarut mendekati
bagian atas kertas.
Sangat
menarik untuk mencoba menjelaskan kromatografi kertas dalam kerangka bahwa
senyawa-senyawa berbeda diserap pada tingkatan yang berbeda pada permukaan
kertas. Dengan kata lain, akan baik
menggunakan beberapa penjelasan untuk kromatografi lapis tipis dan kertas.
Kompleksitas timbul karena serat-serat selulosa beratraksi dengan uap air dari
atmosfer sebagaimana halnya air yang timbul pada saat pembuatan kertas. Kertas
sebagai serat-serat selulosa dengan lapisan yang sangat tipis dari
molekul-molekul air yang berikatan pada permukaan.Interaksi ini dengan air
merupakan efek yang sangat penting selama pengerjaan kromatografi kertas.
Kromatografi Pertukaran ion adalah proses pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan
campuran atau proses substitusi satu jenis
senyawa ionik dengan yang lain terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase
stasioner tersebut merupakan suatu matriks yang kuat (rigid), yang permukaannya
mempunyai muatan, dapat berupa muatan positif maupun negatif. Mekanisme
pemisahan berdasarkan pada daya tarik elektrostatik.
Bila matriks padat trsebut
mempunyai gugus fungsional yang bermuatan negatif seperti gugus sulfonat (-SO3-),
maka akan dapat berfungsi sebagai penukar kation. Sebaliknya, bila bermuatan
positif, misalnya mempunyai gugus amin kuaterner (-N(CH)3+),
maka akan dapat berfungsi sebagai penukar anion. Kromatografi ini sangat
bermanfaat untuk memisahkan molekul – molekul bermuatan terutama ion – ion baik
anion maupun kation. Metode ini pertama
kali dikembangkan oleh seorang ilmuwan bernama Thompson pada tahun 1850. Secara
umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:
- · Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat.
- · K romatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H, dan –N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin.
Metode ini banyak digunakan dalam memisahkan molekul protein (terutama enzim). Molekul
lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran
ion ini antara lain senyawa alkohol,
alkaloid,
asam amino,
dan nikotin.
Kromatografi penukar ion
dilakukan dengan fasa diam yang mempunyai gugus fungsi bermuatan. Kebanyakan
mekanisme penukaran ion sederhana:
(a) X- + R+Y-Y-
+ R+X- (penukar anion)
Dimana X adalah ion cuplikan
Y adalah ion fasa gerak
R adalah bagian Inc. Pada resina
Pada kromatografi penukar
anion ion cuplikan X- bersaing dengan ion fasa gerak Y-,
terhadap bagian ionik pada penukar ion R. Pemisahan ion sederhana berdasarkan
pada perbedaan kekuatan interaksi ion terlarut dengan resina. Jika senyawa
terlarut berinteraksi lemah dengan adanya ion fasa gerak, ion terlarut keluar
awal pada kromatogram, sedangkan senyawa terlarut yang berinteraksi kuat dengan
resina, berarti lebih kuat terikat dan keluar belakangan.
a. Fase Diam dan Fase Gerak
1. Fase Diam
Ada banyak macam penukar ion,
tetapi penukar ion polisterina berikatan silang paling luas
penggunaannya.Gambar 65. b menggambarkan struktur resina penukar anion dengan
matriks poliestirena berikatan silang yang sama, tetapi dengan gugus
tetraalkilamonium. Resina poliestirena kerng cenderng mengembang jika
dimasukkan dalam pelarut. Air menetrasi ke dalam resina dan hidrasi,
membentuk larutan sangat pekat dalam resina. Tekanan osmosa cenderung menekan
air lebih banyak ke dalam resina dan padatan itu mengembang, jadi volumenya
bertambah. Jumlah air yang diambil resina tergantung pada ion penukar dari
resina dan menurun dengan bertambahnya jumlah ikatan silang. Resina penukaran
ion juga mengembang dalam pelarut organik, tetapi pengembangannya lebih kecil
daripada dalam air.
2. Fase Gerak
Kebanyakan pemisahan kromatografi
penukar ion dilakukan dalam media air sebab sifat ionisasi dari air. Dalam
beberapa hal, digunakan pelarut campuran seperti air, alkohol dan juga pelarut
organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak media air, reteni puncak
dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik dan oleh pH fasa gerak.
Kenaikkan kadar garam dalam fasa gerak menurunkan retensi senyawa cuplikan. Hal
ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion cuplikan bersaing dengan ion fasa
gerak untuk gugus penukar ion pada resina.
Macam ion dalam fase gerak dapat
berpengaruh nyata pada retensi molekul cuplikan, sebagai akibat dari perbedaan
kemampuan ion fasa gerak berinteraksi dengan resina penukar ion. Urutan retensi
dari berbagai aniom untuk resina penukar anion poliestirena berikatan silang
konvensional adalah sebagai berikut;
Sitrat > sulfat > oksalat
> yodida > nitrat > kromat >bromida >sianida > klorida >
format > asetat > hidroksida > fluorida.
Untuk retensi ini bervariasi jika
resina yang digunakan berbeda, tetapi urutan di atas merupakan petunjuk
kualitatif dari kemampuan berbagai anion untuk berinteraksi dengan penukar
anion kuat. Dalam urutan ini, sitrat terikat sangat kuat dengan resina
sedangkan ion fluorida terikat paling rendah. Molekul cuplikan biasanya lebih
cepat terelusi dengan ion sitrat daripada dengan fluorida.
Pemisahan senyawa-senyawa organik
seperti asam-asam amino pun telah dapat dicapai dengan metode penukar ion.
Metode ini juga digunakan dalam berbagai operasi seperti pelunakan air,
menaikkan kadar logam, pemisahan logam. Pada awalnya penukar ion adalah
silikat-silikat, tanah diatonema, aluminosilikat sintetis seperti zeolit. Penemuan
ini adalah suatu kebetulan.
1. Untuk menghilangkan ion
Untuk menghilangkan ion-ion
keseluruhannya, air tersebut dapat dialirkan melalui penukar kation, kemudian
dialirkan melalui penukar anion, yang akan menghilangkan semua anion dan
diganti dengan ion hidroksida. Bila kedua resin tersebut (kation dan anion)
dijadikan satu, penghilangan kedua jenis ion tersebut sekaligus dapat
dikerjakan.
2. Mengkonsentrasikan komponen berkadar kecil
Ion-ion yang jumlahnya kecil
(trace element) dapat dikonsentrasikan dengan penukar ion. Setelah ion solut
terikat dalam kolom, kemudian dielusi dengan jumlah eluen yang kecil.
3. Pemisahan asam-asam amino
Pada suatu pH, Asam-asam amino
dapat dipisahkan menjadi tiga golongan berdasarkan titik isoelektrisnya. Dengan
demikian campuran asam-asam amino dapat dipisahkan dalam suatu aliran fase
mobil dengan secara gradual dengan merubah pH untuk elusi (gradient elution).
Perubahan pH sering dikombinasikan dengan perubahan suhu.
Kromatografi
elektroforesis menyangkut perbedaan migrasi spesies-spesies bermuatan dalam
suatu larutan di bawah pengaruh dari penggunaan suatu gradient potensial.
Kecepatan migrasi setiap spesies tergantung atas ukuran, bentuk dan muatan
spesiesnya. Metoda elektroforesis merupakan metoda pemisahan suatu zat
berdasarkan perbedaan muatan dan massa melekul relative dari
komponen-komponennya. Pemisahan terjadi karena perbedaan laju migrasi
komponen-komponen bermuatan oleh pengaruh medan listrik.
5. Kromatografi Gas
Campuran gas dapat
dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan
(kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).
Umumnya, untuk
kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon
teraktivasi, alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan
ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah
gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan
gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon dioksida
dimungkinkan dengan teknik ini.
Dalam kasus
kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di
permukaan alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan
sebagai fasa diam dan diisikan ke dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah
menguap dicampur dengan gas pembawa disuntikkan ke dalam kolom, dan setiap
senyawa akan dipartisi antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam) mengikuti
hukum partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih
dahulu.
Metoda ini khususnya
sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti
hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah
telah dengan sukses dilakukan dengan teknik ini.
Efisiensi pemisahan
ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya. Disarankan
untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa.
Berdasarkan hasil ini, cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih. Metoda
deteksinya, akan mempengaruhi kesensitifan teknik ini. Metoda yang dipilih akan
bergantung apakah tujuannya analisik atau preparatif.
6. Kromatografi Penyaringan Gel
Merupakan proses pemisahan
dengan gel yang terdiri dari modifikasi dekstran-molekul polisakarida linier
yang mempunyai ikatan silang. Bahan ini dapat menyerap air dan membentuk susunan
seperti saringan yang dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukurannya.
Molekul dengan berat antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan
dipisahkan. Kromatografi permeasi gel merupakan teknik serupa yang menggunakan
polistirena yang berguna untuk pemisahan polimer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar