Kamis, 08 Oktober 2015

Kromatografi


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

 I. LATAR BELAKANG
Fungsi utama dari laboratorium adalah wadah untuk melakukan praktik atau penerapan atas teori, penelitian dan pengembangan keilmuan, sehingga menjadi unsur penting dalam kegiatan pendidikan dan penelitian, khususnya di bidang IPA. 
Untuk mempermudah proses praktikum, dibuat SOP(Standar Operasional Prosedur). SOP dibuat untuk mempermudah proses praktikum sehingga tercipta praktikum yang berkualitas.

II. TUJUAN
Tujuan disusunnya standar operasional prosedur laboratorium adalah untuk membantu memperlancar pengelolaan laboratorium guna memaksimalkan kegunaan dari laboratorium beserta semua sumber daya yang ada didalamnya, sehingga dapat membantu terselenggaranya kegiatan praktikum yang berkualitas. Kegiatan yang ada dalam lingkup pengelolaan laboratorium meliputi praktikum, penggunaan peralatan laboratorium, dan penggunaan laboratorium untuk penelitian. 

III. ACUAN
1.      SOP yg baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat komunikasi antara pelaksana dan pengawas, dan menjadikan praktikum diselesaikan secara konsisten
2.      Para praktikan akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa yg harus dicapai dalam setiap pekerjaan
3.      SOP juga bisa dipergunakan sbg salah satu alat training dan bisa dipergunakan untuk mengukur kinerja praktikan

RUANG LINGKUP
Pengelola laboratorium IPA di sekolah idealnya meliputi;
a.       Kepala laboratorium adalah seorang staf edukatif atau fungsional yang ditugaskan menjadi pimpinan tertinggi dalam organisasi laboratorium serta membawahi anggota laboratorium, pembimbing praktikum, staf administrasi, laboran, dan asisten praktikum serta bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di laboratorium,
b.      Anggota laboratorium adalah staf edukatif yang memiliki minat keilmuan dan bersedia turut berperan aktif dalam pengelolaan serta pengembangan laboratorium,
c.       Pembimbing praktikum adalah staf edukatif yang bertanggungjawab dalam memberikan bimbingan praktikum bagi siswa untuk mata pelajaran IPA,
d.      Staf administrasi adalah tenaga administratif yang menjalankan fungsi administrasi di laboratorium,
e.       Laboran adalah staf laboratorium yang membantu pelaksanaan kegiatan dan teknis operasional dalam laboratorium, serta mempersiapkan peralatan dan bahan.

TATA TERTIB LABORATORIUM
Tata tertib yang harus ditaati oleh sertiap siswa yang akan melakukan kegiatan praktiku IPA meliputi;
a.       Berlaku sopan, santun dan menjunjung etika dalam laboratorium. Menjunjung tinggi dan menghargai staf laboratorium dan sesama pengguna laboratorium,
b.      Menjaga kebersihan dan kenyamanan ruang laboratorium,
c.       Siswa tidak diperbolehkan praktikan apabila mengenakan kaos oblong, memakai sandal, tidak memakai jas/pakaian laboratorium,
d.      Peserta praktikum dilarang makan dan minum, membuat kericuhan selama kegiatan praktikum dan di dalam ruang laboratorium,
e.       Dilarang menyentuh, menggeser dan menggunakan peralatan di laboratorium yang tidak sesuai dengan acara praktikum mata pelajaran IPA,
f.       Membersihkan peralatan yang digunakan dalam praktikum maupun penelitian dan mengembalikannya kepada petugas laboratorium
g.      Membaca, memahami dan mengikuti prosedur operasional untuk setiap peralatan dan kegiatan selama praktikum dan di ruang laboratorium
h.       Selama kegiatan praktikum, TIDAK BOLEH menggunakan handphone untuk pembicaraan dan/atau SMS.

IV. PROSEDUR DAN MEKANISME
A.    Menyusun Mekanisme Pelaksanaan Praktikum
            Prosedur pelaksanaan praktikum yang harus diperhatikan meliputi;
a.       Siswa peserta praktikum terdaftar sebagai peserta mata pelajaran IPA,
b.       Sebelum pelaksanaan praktikum, siswa berhak memperoleh petunjuk praktikum,
c.       Laboratorium mengumumkan kegiatan praktikum dilengkapi dengan pembagian kelompok, acara dan jadwal.
d.      Setelah menyelesaikan materi dalam praktikum inti, peserta praktikum wajib menyusun draf laporan secara individu atau kelompok, mengikuti sistematika dalam petunjuk praktikum.

B.     Menyusun Mekanisme Peminjaman Alat
Setiap siswa atau kelompok siswa sebelum melaksanakan praktikum dan penelitian di laboratorium, dan melakukan peminjaman alat.
Prosedur Peminjaman Alat untuk Praktikum
1.      Tiga (3) hari sebelum praktikum dimulai, setiap kelompok siswa harus sudah menyerahkan berkas peminjaman alat yang telah ditandatangani oleh guru mata pelajaran IPA
2.       Staf administrasi laboratorium menyerahkan berkas peminjaman alat kepada kepala laboratorium,
3.      Kepala laboratorium memberikan memo kepada staf administrasi dan selanjutnya, staf administrasi memberitahukan memo kepada Laboran yang dimaksud
4.      Laboran menyiapkan peralatan untuk kegiatan praktikum sesuai dengan berkas peminjaman alat.
5.      Asisten praktikum melakukan cek atas alat yang telah disediakan.
6.      Bila ada kesalahan atau ketidaksesuaian antara daftar, jenis maupun jumlah alat sebagaimana berkas peminjaman alat, segera melapor kepada laboran.
7.      Setelah memastikan peralatan dalam kondisi baik dan berfungsi sebagaimana mestinya, serta spesifikasinya sesuai dengan berkas peminjaman alat, asisten praktikum mengisi buku peminjaman alat.
8.      Saat kegiatan praktikum berlangsung, peralatan tidak boleh dipinjamkan atau dipindah ke tempat lain; selain judul acara praktikum yang tercantum dalam petunjuk praktikum dan berkas peminjaman alat.
9.      Setelah kegiatan praktikum selesai, asisten praktikum segera melapor pada laboran.
10.  Peserta praktikum harus membersihkan peralatan, meja dan ruang praktikum, serta merapikannya.
11.  Asisten praktikum bersama laboran melakukan cek atas peralatan yang dipinjam dan digunakan dalam kegiatan praktikum, untuk memastikan kondisinya sama dengan saat peralatan akan dipinjam dan digunakan.
12.  Peserta praktikum diperbolehkan meninggalkan ruangan laboratorium jika cek peralatan selesai, kondisi laboratorium bersih dan rapi serta diijinkan oleh asisten praktikum.

C.     Menyusun Mekanisme Sangsi Penggunaan Laboratorium
Kegiatan praktikum
1.      Peserta praktikum yang tidak mematuhi tata tertib TIDAK BOLEH masuk dan mengikuti kegiatan praktikum di ruang laboratorium
2.      Peserta praktikum yang datang terlambat (tidak sesuai kesepakatan), tidak memakai jas lab, tidak memakai sepatu, tidak memakai baju berkerah/kaos berkerah, dan/atau tidak membawa petunjuk praktikum, tetap diperbolehkan masuk laboratorium tetapi TIDAK BOLEH MENGIKUTI kegiatan praktikum.
3.      Peserta praktikum yang memindahkan dan/atau menggunakan peralatan praktikum tidak sesuai dengan yang tercantum dalam petunjuk praktikum dan berkas peminjaman alat, kegiatan praktikum yang dilaksanakan akan dihentikan dan praktikum yang bersangkutan dibatalkan.
4.      Peserta praktikum yang mengumpulkan laporan praktikum terlambat satu (1) hari, tetap diberikan nilai sebesar 75%, sedangkan keterlambatan lebih dari satu (1) hari, diberikan nilai 0%. 5. Peserta praktikum yang telah menghilangkan, merusak atau memecahkan peralatan praktikum harus mengganti sesuai dengan spesifikasi alat yang dimaksud, dengan kesepakatan antara laboran, pembimbing praktikum dan kepala laboratorium. Prosentase pengantian alat yang hilang, rusak atau pecah disesuaikan dengan jenis alat atau tingkat kerusakan dari alat.

 Peminjaman Alat
1.      Berkas peminjaman alat yang diserahkan kurang dari tujuh (2) hari tidak dilayani,
2.      Peminjam yang menggunakan alat tidak sesuai dengan proposal penelitian dan berkas peminjaman alat, dikenakan denda yang diatur sebagaimana dalam lampiran daftar harga dan sewa peralatan,
3.      Apabila peralatan yang dipinjam mengalami kerusakan, hilang atau pecah, maka peminjam wajib mengganti alat tersebut,
4.      Batas waktu penggantian alat yang rusak, hilang atau pecah adalah tiga (3) hari setelah adanya laporan kondisi alat kepada laboran; apabila melewati batas waktu yang ditentukan, maka hasil penelitian tidak mendapatkan pengesahan dari kepala laboratorium.
5.      Terlambat mengembalikan alat akan dikenakan denda yang dihitung per jenis alat per hari. Besarnya biaya denda dapat dilihat pada lampiran daftar harga dan peralatan Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya.
 

Rancangan Prakikum Titrasi Asam Basa

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Berbicara masalah reaksi asam-basa atau yang biasa juga disebut reaksi penetralan, maka tidak akan terlepas dari titrasi asam-basa. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa reaksi asam-basa atau reaksi penetralan dapat dilakukan dengan titrasi asam-basa. Adapun titrasi asam-basa ini terdiri dari titrasi asam kuat-basa kuat, titrasi asam kuat-basa lemah, titrasi basa lemah-asam kuat, dan titrasi asam lemah-basa lemah. Titrasi asam-basa ini ditentukan oleh titik ekuivalen (equivalent point) dengan menggunakan indikator asam-basa.
Setelah mengetahui hal tersebut, perlu juga kita ketahui bahwa titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
     Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa permasalahan dalam penelitian Kimia mengenai titrasi asam-basa  ini antara lain :
*      Bagaimana grafik titrasi asam kuat HCl dengan basa kuat NaOH ?
*      Bagaimana reaksi sampel A dan E setelah ditetesi dengan fenolftalein ?
*      Bagaimana reaksi sampel A setelah ditetesi dengan NaOH ?
*      Bagaimana reaksi sampel E setelah di reaksikan dengan HCl ?
*      Bagaimana konsentrasi asam dan basa melalui titrasi ?
1.3  Maksud dan Tujuan Percobaan
1.3.1     Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami serta menentukan konsentrasi asam atau basa melalui metode titrasi dengan menggunakan alat bantu pipet tetes, stan, buret, dan alat titrasi.
1.3.2     Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memahami, mengetahui, dan menentukan konsentrasi asam atau basa melalui metode titrasi.
1.4  Manfaat
Beberapa manfaat yang bisa kita peroleh dari percobaan/penelitian yang kita lakukan yaitusebagai berikut.
*      Bagi siswa
Manfaat bagi siswa dengan adanya penelitian/percobaan ini yaitu pengetahuan siswa menjadi lebih bertambah dalam menentukan konsentrasi asam/basa dari suatu larutan yang diujikan sehingga diharapkan dapat bermanfaat pada kehidupan sehari-hari.
*      Bagi guru
Manfaat bagi guru melalui penelitian/percobaan ini yaitu guru dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam menentukan konsentrasi asam/basa melalui metode titrasi serta dapat mengetahui tingkat kemampuan siswanya dalam menggunakan berbagai alat bantu penelitian yang terkait dengan penentuan konsentrasi asam/basa tersebut.

BAB II
METODE KERJA
            2.1 Alat dan Bahan
                        2.1.1 Alat
1.    Pipet tetes.
2.    Stan.
3.    Buret.
4.    Alat titrasi.
                        2.1.2 Bahan
1.    Larutan NaOH 0,1 M
2.    Larutan HCl 0,1 M.
3.    Larutan A, B, C, D, dan E (yang digunakan A dan E).
4.    Aquades.
5.    Indikator Fenolftalein (PP).
                        2.1.3 Cara Kerja
*    Larutan A
1.    Bersihkan erlenmeyer kemudian keringkan dengan tissue.
2.    Masukkan 25 ml sampel A ke dalam erlenmeyer. Lalu tambahkan 5 tetes indikator fenolftalein dalam erlenmeyer tersebut.
3.    Lihat perubahan warna yang terjadi. Berdasarkan percobaan, sampel A tetap berwarna bening.
4.    Kemudian titrasikan dengan NaOH hingga berubah ke warna merah.
5.    Catat volume titrasinya.
6.    Ulangi percobaan hingga 3 kali.
*    Larutan E
1.    Bersihkan erlenmeyer kemudian keringkan dengan tissue.
2.    Masukkan 25 ml sampel E ke dalam erlenmeyer. Lalu tambahkan 5 tetes indikator fenolftalein dalam erlenmeyer tersebut.
3.    Lihat perubahan warna yang terjadi. Berdasarkan percobaan, sampel E berubah ke warna merah.
4.    Kemudian titrasikan dengan HCl hingga berubah menjadi bening.
5.    Catat volume titrasinya.
6.    Ulangi percobaan hingga 3 kali.
BAB III
TABEL HASIL PENGAMATAN
*      Sampel A (Titrasi NaOH)
Percobaan
Volume
1
26,6
2
26,5
3
26,5





ü  Volume rata-rata :
      v = (26,6 + 26,5 + 26,5)/3
      v = 26,53 ml
ü  Diketahui :
M1 = 0,1 M.
V1 = 25 ml.
V2 = 26,53 ml.
 Maka, untuk memperoleh konsentrasi larutan :
 V1 x M1  = V2 x M2
 25 x 0,1 = 26,53 x M2
 M = 2,5/26,53
 M2 = 0,09 M
ü  Kurva titrasi larutan A :
*      pH sebelum titrasi
*    Va x Ma = Vb x Mb
26,6 x 0,1 = 25 x Mb
Mb = (26,6)(0,1)/ 25
Mb = 0,1

Va x Na = Vb x Nb
26,6 x 0,1 = 25 x Nb
Nb = 0,1M

a = Nb/Mb
a = 0,1/0,1
a = 1

pH = -log [H+]
pH = -log [a x Ma]
pH = -log [ 1 x (1 x 10-1)]
pH = -log 1 x 10-1
pH = 1-log1
pH = 1- 0
pH = 1
*   Va x Ma = Vb x Mb
26,5 x 0,1 = 25 x Mb
Mb = 2,65/25
Mb = 0,1 M.



Va x Na = Vb x Nb
26,5 x 0,1 = 25 x Nb
Nb = 0,1

b = Nb/Mb
b = 0,1/0,1
b = 1

pH = -log [H+]
pH = -log [a x Ma]
pH = -log [ 1 x (1 x 10-1)]
pH = -log 1 x 10-1
pH = 1-log1
pH = 1- 0
pH = 1
*      pH setelah titrasi
*      Va x Ma = Vb x Mb
26,53 x 0,1 = 25 x Mb
Mb = 2,653/25
Mb = 0,1 M

Mb x b = Ma x a
0,1 x 1 = 0,1 x a
a = 0,1/0,1
a = 1

pH = 14 – log [ b x Mb ]
pH = 14 – log [ 1 x (1 x 10-1)]
pH = 14 – ( 1 – log 1)
pH = 13 + log 1
pH = 13 + 0
pH = 13.

*      Sampel E (Titrasi HCl)
Percobaan
Volume
1
1,9
2
1,9
3
2,0



ü  Volume rata-rata :
v = (2,0 + 1,9 + 1,9 )/3
v = 1,93 ml

ü  Diketahui :
M1 = 0,1 M.
V1 = 25 ml.
V2 = 1,93 ml.
Maka, untuk memperoleh konsentrasi larutan :
                                                V1 x M1  = V2 x M2
                                                25 x 0,1 = 1,93 x M2
            M = 2,5/1,93
            M2 = 1,29 M
ü  Kurva titrasi larutan E :
*      pH sebelum titrasi
*      Va x Ma = Vb x Mb
1,9 x 0,1 = 25 x Mb
Mb = 0,19/25
Mb = 0,0076 M
Mb = 0,008 M


Va x Na = Vb x Nb
1,9 x 0,1 = 25 x Nb
Nb = 0,19/25
Nb = 0,0076
Nb = 0,008

b = Nb/Mb
b = 0,008/0,008
b = 1

pH = 14 – log [ b X Mb ]
pH = 14 – log [ 1 x 0,008 ]
pH = 14 – log [ 8 x 10-3 ]
pH = 14 – ( 3 – log 8 )
pH = 11 + log 8
pH = 11 + 0,90
pH = 11,90


*      Va x Ma = Vb x Mb
2 x 0,1 = 25 x Mb
Mb = 0,2/25
Mb = 0,008 M


Va x Na = Vb x Nb
2 x 0,1 = 25 x Nb
Nb = 0,2/25
Nb = 0,008

b = Nb/Mb
b = 0,008/0,008
b = 1

pH = 14 – log [ b X Mb ]
pH = 14 – log [ 1 x 0,008 ]
pH = 14 – log [ 8 x 10-3 ]
pH = 14 – ( 3 – log 8 )
pH = 11 + log 8
pH = 11 + 0,90
pH = 11,90
*      pH setelah titrasi
*      Va x Ma = Vb x Mb
1,93 x 0,1 = 25 x Mb
Mb = 0,193/25
Mb = 0,00772
Mb = 0,008 M

Mb x b = Ma x a
0,008 x 1 = 0,1 x a
a = 0,008/0,1
a = 0,08

pH = - log [H+]
pH = - log [ Ma x a]
pH = - log [ 0,1 x 0,08 ]
pH = - log [ 0,008 ]
pH = - log ( 8 x 10-3)
pH = 8 – log 3
pH = 3 – 0,90
pH = 2,1.

BAB IV
PEMBAHASAN

5.1 Titrasi Asam-Basa
Reaksi asam-basa dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau larutan basa. Penentuan itu dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang telah diketahui konsentrasiya ke dalam sejumlah larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Penetesan dilakukan hingga asam dan basa tepat habis bereaksi. Waktu penambahan hingga asam dan basa tepat habis disebut titik ekuivalen. Dengan demikian, konsentrasi asam atau basa dapat ditentukan jika salah satunya sudah diketahui. Proses penetapan konsentrasi tersebut disebut titrasi asam-basa.
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
           Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan. Pada laporan kali ini akan di jelaskan mengenai titrasi asam-basa.
5.2  Prinsip Titrasi Asam-Basa
            Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
            Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
            Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.
5.3  Cara Mengetahui Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
*      Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
*      Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
      Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
            Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
            Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
            Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
5.4  Rumus Umum Titrasi
                Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
            Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
NxV asam = NxV basa
            Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
nxMxV asam = nxVxM basa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
BAB V
PENUTUP
6.1      Kesimpulan
Berdasarkan penelitian/percobaan yang telah dilakukan, maka kita dapat menyimpulkan kesimpulan yaitu sebagai berikut.
*      Larutan A jika ditetesi dengan indikator fenolftalein akan tetap berwarna bening.
*      Larutan A yang telah sebelumnya telah ditetesi dengan indikator fenolftalein setelah ditetesi oleh larutan NaOH 0,1 M akan berubah menjadi berwarna merah. Hal ini mengindikasikan terjadinya kenaikan pH larutan A.
*      Larutan E jika ditetesi dengan indikator fenolftalein akan berubah menjadi berwarna merah.
*      Larutan E yang telah sebelumnya telah ditetesi dengan indikator fenolftalein setelah ditetesi oleh larutan HCl 0,1 M akan kembali menjadi bening. Hal ini mengindikasikan terjadinya penurunan pH larutan E.
6.2 Saran
Dalam melakukan kegiatan penelitian/percobaan ini harus lebih ditingkatkan terutama dalam bidang ketersediaan alat bantu penelitian/percobaan khusunya mikroskop. Dengan lengkap dan memadainya alat-alat bantu penelitian/percobaan maka konsentrasi siswa akan lebih terfokuskan sehingga hasil yang ingin dicapai selama penelitian/percobaan akan maksimal dan sesuai dengan yang diharapkan selain itu dapat memberi manfaat dan pengetahuan yang lebih banyak mengenai penelitian/percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Susilowati, Endang., Theory and Application of Chemistry, Bilingual, Jakarta.